Selasa, 25 November 2014

makalah pemeriksaan lumbal fungsi


BAB I
Pendahuluan
A.    Latar belakang
Lumbar puncture (lumbal fungsi) adalah uapaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinalis, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630). 
Jarum biasanya dimasukan kedalam ruang subarkhnoid diantara tulang belakang daerah lumbal ketiga dan keempat atau antara lumbal keempat dan kelima hingga mencapai ruang subarachnoid dibawah medulla spoinalis di bagian causa. Karena medula spinalis membagi lagi dalam sebuah berkas saraf pada tulang belakang bagian lumbal yang pertama maka jarum ditusukan di bawah tingkat ketiga tulang belakang daerah lumbal, untuk mencegah meduila spinalis tertusuk. Manometer dipasang diujung jarum via dua jalan dan cairan serebrospinal memungkinkan mengalir ke manometer untuk mengetahui tekanan intraspinal.
Test Queckenstedt’s (Uji manometrik lumbal) dilakukan pada kesempatan ini. Test queckensted’s dilakukan untuk menentukan adanya obstruksi di jalur subarakhnoid spinal. Normalnya, aliran cepat dalam tekana intraspinal ketika vena jugularis ditekan pada masins-masing sisi leher selama pungsi lumbal dan kecepata kembali normal ketika tekanan dilepaskan. Peningkatan tekanan disebabkan karena adanya tekanan.  Bila terjadi obstruksi, munculnya tekanan intraspinal dan turunnya kembali sangat lambat. Selanjutnya Jika menometer sempurna terpasang dan 2-3 ml cairan serebrospinal dialirkan kedalam tempat specimen steril. Kita akan mengobservasi warna, konsistensi dan opacitas cairan serebrospinal apakah ada darah atau tidak. Normalnya tekanan CSS meninggi cepat dalam merespons terhadap penekanan vena jugularis dan menurun dengan cepat sampai normal bila penekanan dikurangi.
B.     Rumusan Maslah
1.      Apa defenisi dari lumbal fungsi.
2.      Apa saja indikasi, kontra indikasi dan komplikasi dari pemeriksaan lumbal fungsi.
3.      Apa saja yang di perlukakan dalam pemeriksaan lumbal fungsi serta bagaimana prosedur kerjanya.
4.       Perawatan seperti apa yang dapat di lakukan pada klien yang telah melakukan pemeriksaan lumbal fungsi.

C.     Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagau berikut:
1.      Tujuan umum
Mampu melakukan  prosedur-prosedur lumbal pungsi dengan benar.
2.      Tujuan khusus
a.         Mampu melakukan tindakan dalam melakukan Lumbal Pungsi.
b.         Mampu melakukan persiapan-persiapan sebelum melakukan tindakan lumbal pungsi.
c.         Mengetahui indikasi dan kotnraindikasi Lumbal pungsi.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI
Lumbal puncture (lumbal fungsi) adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya bloksubarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630)

B.     INDIKASI
1.      Meningitis bacterial / TBC.
2.      Perdarahan subarahnoid.
3.      Febris (Kaku kuduk) dengan kesadaran menurun (sebab tak jelas).
4.      encepahilitis atau tumor malignan.
5.      Tumor mielum : sebelum dan sesudah mielografi / caudiografi.
6.      Sindroma GuillainBarre (bila perlu diulang-ulang + satu minggu).
7.      Kelumpuhan yang tidak jelas penyebabnya.
8.      Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSS akibat trauma ataudicurigai adanya perdarahan subarachnoid.
9.      Kejang
10.  Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
11.  Ubun – ubun besar menonjol





C.    KONTRA INDIKASI
1.      Syock/renjatan
2.      Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
3.      Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hidrosefalus)
4.      Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
5.      Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulituntuk penusukan jarum ke ruang interspinal
6.      Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi serebralbisa terjadi pada pasien ini.

D.    KOMPLIKASI
1.      Infeksi
2.      Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
3.      Jarum pungsi pata
4.      Hernias
5.      Tertusuknya saraf oleh jarum pungs
6.      Nyeri kepala hebat akibat kebocoran CSS.
7.      Meningitis akibat masuknya bakteri ke CSS.
8.      Paresthesia/ nyeri bokong atau tungkai.
9.      Injury pada medulla spinalis.
10.  Injury pada aorta atau vena cava, menyebabkan perdarahan serius.
11.  Herniasi otak. Pada pasien denga peningkatan tekanan, tiba-tiba terjadi penurunan
12.  tekanan akibat lumbar puncture, bisa menyebabkan herniasi kompressi otak terutama
13.  batang otak.
14.  -10 – 30% pasien dalam 1 – 3 hari dan paling lama 2 – 7 hari mengalami postlumbar
15.  puncture headache. Sebagian kecil mengalami nyeri, tapi bisa dikurangi dengan berbaringdatar. Penanganan meliputi bed rest dan cairan dengan analgetik ringan.

E.     KEBIJAKAN
Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter spesialis saraf dibantu tenaga paramedis yang diberikan pada pasien rawat inap di RSUD tertentu.

F.     ALAT DAN BAHAN
1.      Sarung tangan steril
2.      Duk luban
3.      Kassa steril, kapas dan plester
4.      Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70
5.      Troleey
6.      Baju steril
7.      Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
8.      Manometer spinal
9.      Two way tap
10.  Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.
11.  Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia)
12.  Plester
13.  Depper
14.  Jam yang ada penunjuk detiknya
15.  Tempat sampah.

Anestesi local
1.      Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
2.      Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. (Reis CE, 2006
3.      Tempat sampah.


G.    PERSIAPAN PASIEN
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.

H.    PROSEDUR PELAKSANAAN
1.      Lakukan cuci tangan steril
2.      Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
3.      Jamin privacy pasien
4.      Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
5.      Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namuntidak boleh pada bayi
6.      Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
7.      Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.
8.      Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan.
9.      Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
10.  Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
11.  Cuci tangan

I.       PERAWATAN
Pasien berbaring datar dengan hanya hanya 1 bantal untuk mengurangi post-duralpuncture headache.Anjurkan pasien tidur datar selama 6 – 12 jam setelah dilakukan prosedur.Observasi tempat penusukan apakah ada kebocoran. Observasi pasien mengenai orientasi, gelisah, perasaan mengantuk, mual, irritabilitasserebral (fitting, twitching, spasticity atau kelemahan tungkai) dan melaporkannyakepada dokter.Anjurkan pasien melaporkan adanya nyeri kepala dan memberikan analgerik sesuaiprogram.Melaporkan ke dokter bila ada hal yang tidak bisa diatasi. intervensi keperawatan Tanggung jawab perawat adalah membantu pasien mempertahankan posisi lateral rekumben dengan lutut fleksi. Menjamin prinsip/ teknik aseptik secara ketat. Memberi label specimen CSF. Menjaga posisi pasien dengan posisi flat beberapa jam tergantung pada permintaan dokter. Memonitor status cairan, neurologis dan tanda-tanda vital. Memberikan obat analgetik sesuai kebutuhan. (Lewis,Heitkemper and Dirksen, 2000. p 1603).






BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas maka kami menarik kesimpulan bahwa, Lumbal pungsi  merupakan pengeluaran cairan serebrospinal (CSS) dengan cara memasukan jarum keruang subarachnoid. Pengambilan cairan serebrospinal sendiri dilakukan untuk mendiagnosa berbagai indikasi penyakit yang biasanya menyerang bagian otak. Saat melakukan lumbal pungsi persiapan pasien harus diperhatikan secara mendetail, persiapan alat dan bahan serta tenaga medis juga harus secara mendetail, dikarenakan keintensifan pelaksanaa lumbal pungsi. Lumbal pungsi sendiri tidak dianjurkan dilaksanakan pada balita.

B.     SARAN
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan :
1.      Sebagai seorang perawat dan calon perawat hendaknya kita perlu memiliki pengetahuan yang lebih mengenai cara-cara plaksanaan Pemeriksaan Lumbal pungsi.
2.      Sebagai masyarakat, kita perlu mengetahui indikasi, kontra indikasi dan komplikasi dari tindakan melakukan Pemeriksaan Lumbal Pungsi, sehingga penanganan dini kelainan otak dapat tercapai.


REFERENSI

Brunner and Suddarth’s. 1999. Medical Surgical Nursing. 9th Edition. Lippincot : Philadelphia

Lewis, Heitkemper and Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical Problems. Volume 2. Mosby : St. Louis Missouri

Luckmann and Sorensen’s. 1993. Medical Surgical Nursing : A Psychophysiologic Appraoach.

4th Edition. WB Saunders : Philadelphia.
Reis CE. 2006. Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 20 Februasi 2006.

…. www.arrowheadhospital.com. 2006. Physician Employed Nurse Practioner. Diambil dari internet tanggal 9 oktober 2012.

….www.ngt.org.uk. 206. Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 9 oktober 2012.

….www.mtio.com. 206. Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 9 oktober 2012,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar