BAB I
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Lumbar puncture (lumbal fungsi) adalah uapaya pengeluaran cairan
serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini
dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinalis, mengukur dan mengurangi tekanan
cairan serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal,
untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal, dan untuk memberikan
antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama kasus infeksi.
(Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630).
Jarum biasanya dimasukan kedalam ruang subarkhnoid
diantara tulang belakang daerah lumbal ketiga dan keempat atau antara lumbal
keempat dan kelima hingga mencapai ruang subarachnoid dibawah medulla spoinalis
di bagian causa. Karena medula spinalis membagi lagi dalam sebuah berkas saraf
pada tulang belakang bagian lumbal yang pertama maka jarum ditusukan di bawah
tingkat ketiga tulang belakang daerah lumbal, untuk mencegah meduila spinalis
tertusuk. Manometer dipasang diujung jarum via dua jalan dan cairan
serebrospinal memungkinkan mengalir ke manometer untuk mengetahui tekanan
intraspinal.
Test Queckenstedt’s (Uji manometrik lumbal) dilakukan
pada kesempatan ini. Test queckensted’s dilakukan untuk menentukan adanya
obstruksi di jalur subarakhnoid spinal. Normalnya, aliran cepat dalam tekana
intraspinal ketika vena jugularis ditekan pada masins-masing sisi leher selama
pungsi lumbal dan kecepata kembali normal ketika tekanan dilepaskan.
Peningkatan tekanan disebabkan karena adanya tekanan. Bila terjadi obstruksi, munculnya tekanan
intraspinal dan turunnya kembali sangat lambat. Selanjutnya Jika menometer
sempurna terpasang dan 2-3 ml cairan serebrospinal dialirkan kedalam tempat
specimen steril. Kita akan mengobservasi warna, konsistensi dan opacitas cairan
serebrospinal apakah ada darah atau tidak. Normalnya tekanan CSS meninggi cepat
dalam merespons terhadap penekanan vena jugularis dan menurun dengan cepat
sampai normal bila penekanan dikurangi.
B. Rumusan
Maslah
1. Apa defenisi dari lumbal fungsi.
2. Apa saja indikasi, kontra indikasi
dan komplikasi dari pemeriksaan lumbal fungsi.
3. Apa saja yang di perlukakan dalam
pemeriksaan lumbal fungsi serta bagaimana prosedur kerjanya.
4. Perawatan seperti apa yang dapat di lakukan
pada klien yang telah melakukan pemeriksaan lumbal fungsi.
C.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini yaitu sebagau berikut:
1.
Tujuan umum
Mampu
melakukan prosedur-prosedur lumbal
pungsi dengan benar.
2.
Tujuan khusus
a.
Mampu melakukan
tindakan dalam melakukan Lumbal Pungsi.
b.
Mampu melakukan
persiapan-persiapan sebelum melakukan tindakan lumbal pungsi.
c.
Mengetahui
indikasi dan kotnraindikasi Lumbal pungsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Lumbal puncture (lumbal fungsi) adalah upaya pengeluaran cairan
serebrospinal dengan
memasukan jarum
ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan
serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal,
menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi
adanya bloksubarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke
dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p
1630)
B. INDIKASI
1. Meningitis bacterial / TBC.
2. Perdarahan subarahnoid.
3. Febris (Kaku kuduk) dengan
kesadaran menurun (sebab tak jelas).
4. encepahilitis atau tumor malignan.
5. Tumor mielum : sebelum dan sesudah mielografi /
caudiografi.
6. Sindroma GuillainBarre (bila perlu diulang-ulang +
satu minggu).
7. Kelumpuhan yang tidak jelas penyebabnya.
8. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSS akibat trauma
ataudicurigai adanya
perdarahan
subarachnoid.
9. Kejang
10. Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
11. Ubun – ubun besar menonjol
C. KONTRA INDIKASI
1. Syock/renjatan
2. Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
3. Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space
occupying lesion,hidrosefalus)
4. Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
5. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra
degeneratif. Hal ini akan sulituntuk penusukan jarum ke ruang interspinal
6. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi
serebral atau herniasi serebralbisa terjadi pada pasien ini.
D. KOMPLIKASI
1. Infeksi
2. Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
3. Jarum pungsi pata
4. Hernias
5. Tertusuknya saraf oleh jarum pungs
6. Nyeri kepala hebat akibat kebocoran CSS.
7. Meningitis akibat masuknya bakteri ke CSS.
8. Paresthesia/ nyeri bokong atau tungkai.
9. Injury pada medulla spinalis.
10. Injury pada aorta atau vena cava, menyebabkan perdarahan
serius.
11. Herniasi otak. Pada pasien denga peningkatan tekanan,
tiba-tiba terjadi penurunan
12. tekanan akibat lumbar puncture, bisa menyebabkan herniasi
kompressi otak terutama
13. batang otak.
14. -10 – 30% pasien dalam 1 – 3 hari dan paling lama 2 – 7
hari mengalami postlumbar
15. puncture headache. Sebagian kecil mengalami nyeri, tapi
bisa dikurangi dengan berbaringdatar. Penanganan meliputi bed rest dan cairan
dengan analgetik ringan.
E. KEBIJAKAN
Pemeriksaan
dilakukan oleh Dokter spesialis saraf dibantu tenaga paramedis yang diberikan
pada pasien rawat inap di RSUD tertentu.
F. ALAT DAN BAHAN
1. Sarung tangan steril
2. Duk luban
3. Kassa steril, kapas dan plester
4. Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70
5. Troleey
6. Baju steril
7. Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
8. Manometer spinal
9. Two way tap
10. Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.
11. Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi,
sitologi dan biokimia)
12. Plester
13. Depper
14. Jam yang ada penunjuk detiknya
15. Tempat sampah.
Anestesi local
1. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
2. Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin.
(Reis CE, 2006
3. Tempat sampah.
G. PERSIAPAN PASIEN
Pasien diposisikan tidur lateral pada
ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen. Catatan : bila pasiennya
obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan
kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
H. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Lakukan cuci tangan steril
2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
3. Jamin privacy pasien
4.
Bantu pasien
dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi
tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah
fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna
vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5
yaitu dengan menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis)
dan garis antara kedua spina iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan
kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3
namuntidak boleh pada bayi
6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah
pungsi radius 10 cm dengan larutan povidon iodine diikuti dengan larutan
alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan
terbuka Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang
telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik
pungsi tersebut selama 1 menit.
7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan
tusukkan jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum
perlahan – lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum
terbuka ke atas sampai menembus durameter. Jarak antara kulit dan ruang
subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya
1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada
remaja jaraknya 6-8 cm.
8. Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk
mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum
mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan.
9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur
rumah sakit
11. Cuci tangan
I. PERAWATAN
Pasien berbaring datar dengan hanya hanya 1 bantal untuk
mengurangi post-duralpuncture headache.Anjurkan pasien tidur datar selama 6 –
12 jam setelah dilakukan prosedur.Observasi tempat penusukan apakah ada
kebocoran. Observasi pasien mengenai orientasi, gelisah, perasaan mengantuk,
mual, irritabilitasserebral (fitting, twitching, spasticity atau kelemahan
tungkai) dan melaporkannyakepada dokter.Anjurkan pasien melaporkan adanya nyeri
kepala dan memberikan analgerik sesuaiprogram.Melaporkan ke dokter bila ada hal
yang tidak bisa diatasi. intervensi keperawatan Tanggung jawab perawat adalah
membantu pasien mempertahankan posisi lateral rekumben dengan lutut fleksi.
Menjamin prinsip/ teknik aseptik secara ketat. Memberi label specimen CSF.
Menjaga posisi pasien dengan posisi flat beberapa jam tergantung pada
permintaan dokter. Memonitor status cairan, neurologis dan tanda-tanda vital.
Memberikan obat analgetik sesuai kebutuhan. (Lewis,Heitkemper and Dirksen,
2000. p 1603).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas maka kami
menarik kesimpulan bahwa,
Lumbal
pungsi merupakan pengeluaran cairan
serebrospinal (CSS) dengan cara memasukan jarum keruang subarachnoid.
Pengambilan cairan serebrospinal sendiri dilakukan untuk mendiagnosa berbagai
indikasi penyakit yang biasanya menyerang bagian otak. Saat melakukan lumbal
pungsi persiapan pasien harus diperhatikan secara mendetail, persiapan alat dan
bahan serta tenaga medis juga harus secara mendetail, dikarenakan keintensifan
pelaksanaa lumbal pungsi. Lumbal pungsi sendiri tidak dianjurkan dilaksanakan
pada balita.
B.
SARAN
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan :
1. Sebagai seorang perawat dan calon perawat hendaknya kita
perlu memiliki pengetahuan yang lebih mengenai cara-cara plaksanaan Pemeriksaan Lumbal pungsi.
2. Sebagai masyarakat, kita perlu mengetahui indikasi,
kontra indikasi dan komplikasi dari tindakan melakukan Pemeriksaan Lumbal Pungsi,
sehingga penanganan dini kelainan otak dapat tercapai.
REFERENSI
Brunner and
Suddarth’s. 1999. Medical Surgical Nursing. 9th Edition.
Lippincot : Philadelphia
Lewis,
Heitkemper and Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of
Clinical Problems. Volume 2. Mosby : St. Louis Missouri
Luckmann and
Sorensen’s. 1993. Medical Surgical Nursing : A Psychophysiologic Appraoach.
4th Edition. WB Saunders
: Philadelphia.
Reis CE. 2006.
Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 20 Februasi 2006.
….
www.arrowheadhospital.com. 2006. Physician Employed Nurse Practioner. Diambil
dari internet tanggal 9 oktober 2012.
….www.ngt.org.uk.
206. Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 9 oktober 2012.
….www.mtio.com.
206. Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 9 oktober 2012,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar